Jumat, 29 Juli 2011

Sejarah Perkebunan Karet Dolok Merangir

Sejarah Perkebunan Karet Dolok Merangir
Dalam dokumen perusahaan Bridgestone Sumatra Rubber Estate disebutkan bahwa PT. Goodyear merupakan anak perusahaan dari The Goodyear Tire and Rubber Company yang berpusat di Akron, Ohio, Amerika Serikat. The Goodyear Tire and Rubber Company berawal di Amerika Serikat pada tahun 1898 dan didirikan oleh 3 orang yang masing-masing bernama :
                        1. Mr. Siecberling.
                        2. Mr. Lifchfield.
                        3. Mr. Firestone.
                       



                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                         

                        Gambar 1.  seorang buruh sedang menderes pohon karet (rambong) pada tahun 1938.

Kronologis perkebunan karet Goodyear Sumatera Plantations adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1917 – 1942
Perkebunan yang terletak di Dolok Merangir dibeli oleh perusahaan Goodyear pada tahun 1916 dari Vrenide Indische Cohounderneeming (VICO) dan langsung dipimpin oleh Mr. J. J. Blandeing. Usaha penanaman pohon karet pertama kalinya di Dolok Merangir pada tahun 1917. Usaha ini didasarkan atas Agrarische Wet 1870 yang diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda kepada perusahaan perkebunan swasta asing tentang pemberian tanah dan hak Erfpacht untuk jangka waktu 75 tahun (pasal 51 Indische Staatsregeling). Pada tahun 1923 PT. Goodyear memperoleh konsensi tambahan di Aek Nabara dengan areal yang jauh lebih luas dari pada yang dimiliki di Dolok Merangir. Lebih dari 10 juta dolar dari seluruh investasi yang ditanam oleh PT. Goodyear dipakai di Aek Nabara. Menurut catatan pada masa itu, inilah kebun karet yang terbesar diseluruh dunia yaitu pada tahun 1930-1936 yang mana PT. Goodyear  mempergunakan tanaman okulasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Nain berumur 101 tahun (pelaku sejarah) pada hari Kamis 2 September 2010 di Nagori Dolok Merangir I, diketahui bahwa :
“sebagian besar tanah perkebunan Dolok Merangir adalah tanah dari Raja Bolang Purba yang disewakan kepada perusahaan Goodyear pada tahun 1917. Sejak awal Goodyear telah fokus pada satu komoditi produksi yaitu karet. Pada masa raja Bolang Purba berkuasa di partuanon Dolok Hataran, apabila Goodyear hendak menggarap lahan harus memohon izin kepada raja. Apabila perusahaan terbukti melakukan penggarapan lahan tanpa seizin raja maka dikenakan denda.”


Gambar 3.  Dolok Merangir tahun 1920.
Sumber : http://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Rechterdeel_van_een_vierdelige_panoramafoto_met_planterswoningen_op_de_rubber_plantage_Dolok_Merangir_Oost-Sumatra._TMnr_60047752.jpgs
           
            Hal senada juga dikatakan oleh Nasir Purba 75 tahun (pensiunan karyawan perkebunan Dolok Merangir) yang merupakan cucu dari raja Bolang Purba pada hari jumat 3 September 2010 di Nagori Dolok Merangir I, bahwa :
“Dolok Merangir adalah daerah kekuasaan raja Bolang Purba. Raja Bolang memberikan izin konsesi kepada pihak perusahaan Goodyear. Izin konsesi di tuliskan diatas surat konsesi yang pada tahun 1946 – 1947 terbakar pada saat revolusi sosial”.

            Namun menurut penuturan Syarifuddin Purba 63 tahun (pensiunan Staf HRD perkebunan karet Dolok Merangir) pada hari Sabtu 4 September 2010 di Serbalawan, bahwa :
“perkebunan karet Dolok Merangir diperoleh dari raja Bolang Purba tidak dengan izin konsesi, melainkan hanya dengan pesan sakti (lisan). Tidak ada bukti tertulis bahwa raja Bolang pernah memberikan surat izin konsesi kepada perusahaan Goodyear untuk diusahai kebun karet. Beliau menyebutkan bahwa Dolok Merangir hanya berupa hutan perawan yang tak bertuan yang bisa diperoleh siapa saja dengan persetujuan pemerintah kolonial Belanda”.
            Terdapat perbedaan pendapat tentang status tanah perkebunan karet Dolok Merangir antara pihak keluarga raja Bolang Purba dengan pihak perkebunan. Masing – masing pihak menggunakkan pendapat dan bukti – bukti yang mereka anggap benar dalam mempertahankan status tanah perkebunan karet Dolok Merangir. Pada sekitar tahun 2005 pihak keluarga raja Bolang Purba pernah mencoba menggugat status tanah tersebut ke pengadilan. Namun mengalami kekalahan dipersidangan karena tidak adanya bukti surat izin konsesi yang dimiliki raja Bolang dahulu.  
2. Tahun 1942 – 1945
                        Sekitar tahun 1942-1945 merupakan masa pendudukan Jepang dan perkebunan ini dikuasai oleh pasukan Jepang. Nain 101 tahun (pelaku sejarah) juga mengatakan pada hari Kamis 2 September 2010 di Nagori Dolok Merangir I, bahwa :  
“Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, sebagian besar tanaman karet di tebang diganti dengan tanaman pangan seperti jagung dan ubi. Tanaman pangan ini dibutuhkan para tentara Jepang untuk mensupalai cadangan makanan mereka pada saat perang. Pada saat yang bersamaan pihak peerusahaan Goodyear memerintahkan para karyawan untuk menebangi tanaman karet dan membuangnya tepat di tengah jalan raya dengan tujuan menghambat laju pasukan Jepang datang ke daerah Dolok Merangir. Tapi tampaknya tindakan tersebut sia – sia, tank – tank tempur pasukan Jepang tetap bisa menembus blokade jalan yang dilakukan pihak perusahaan. Pada masa pendudukan tentara Jepang terhadap perkebunan Dolok Merangir, produksi menurun drastis. Pasukan Jepang tidak peduli dengan karet, karena saat itu yang mereka butuhkan adalah pasokan bahan makanan untuk menunjang enerji untuk berperang melawan sekutu”.
           
            Produksi karet di perkebunan Dolok Merangir mengalami penurunan yang sangat drastis. Pihak perusahaan Goodyear meninggalkan perkebunan yang kacau saat kedatangan pasukan Jepang. Banyak para buruh dipaksa ikut berperang, diberikan pelatihan militer secara singkat dalam membantu pasukan Jepang dalam perang Asia Timur Raya.

3. Tahun1946 – 1949
Kebun ini diusahakan oleh suatu badan yang diorganisir dan dibawahi oleh Pemerintah Militer Belanda yang sama sekali tidak menghasilkan keuntungan. Hal ini terjadi setelah agresi militer Belanda pertama yang dilanjutkan agresi militer kedua. Dalam agresi militer tersebut Belanda dan sekutu dengan mudahnya menguasai perkebunan karet Dolok Merangir yang sudah ditinggalkan pasukan Jepang yang kalah dengan sekutu.
Selain agresi militer Belanda, terjadi revolusi sosial yang sangat tragis dan merenggut banyak korban di Sumatera Timur, khususnya di Simalungun. Raja Bolang selaku penguasa di Nagori Dolok Merangir tak luput dari sasaran pembunuhan. Revolusi sosial memburu sasaran pembunuhan yaitu raja – raja beserta keluarga dan kerabat.
Seperti disebutkan Nasir Purba 75 tahun (pensiunan karyawan perkebunan karet Dolok Merangir) yang merupakan cucu dari raja Bolang Purba pada hari Jumat 3 September 2010 di Nagori Dolok Merangir I, bahwa :  
“Pada tahun 1946 seluruh keluarga raja Bolang Purba mengalami percobaan pembunuhan dari Barisan Harimau Liar. Barisan Harimau Liar merupakan simpatisan PNI yang selalu loyal dengan presiden Soekarno. Setelah merdeka presiden Soekarno berusaha menyatukan Republik Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh kerajaan – kerajaan kecil di daerah – daerah. Beliau mengkhawatirkan kerajaan – kerajaan kecil tersebut menjadi sumber perpecahan di tubuh Republik Indonesia, mengingat kedekatan hubungan kerajaan - kerajaan kecil tersebut dengan Belanda pada masa sebelum merdeka. Kekhawatiran presiden Soekarno ini disalah artikan oleh rakyat simpatisan presiden Soekarno yang tergabung dalam Barisan Harimau Liar untuk menghabisi seluruh keluarga dan keturunan raja kerajaan kecil di daerah – daerah. Seluruh keluarga raja Bolang Purba lari ke hutan di daerah Nagaraja untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan harta benda dan hanya membawa sehelai baju di badan. Rumah Bolon raja dibakar, surat konsesi perkebunan, kerbau dan yang lainnya hilang”.

Keluarga raja Bolang Purba selamat dari tragedi pembunuhan kejam revolusi sosial. Ini disebabkan ada seorang pengikut setia raja Bolang mendengar bocoran rencana rahasia Barisan Harimau Liar akan membunuh  raja Bolang, keluarga dan kerabatnya. Namun surat izin konsesi perkebunan Dolok Merangir dan rumah Bolon Partuanon Dolok Hataran dibakar masa yang merupakan satu – satunya rumah Bolon di Nagori Dolok Merangir.     
4. Tahun 1950 – 1965
Setelah kondisi Indonesia relatif aman Goodyear kembali melanjutkan kembali usaha perkebunan karet Dolok Merangir pada tahun 1949 dan pada tahun 1953 kemudian NV. Goodyear Landbourw Maschpij ditukar menjadi PT. Goodyaer Sumatera Plantations Coy. Ltd. Pada tahun 1965 terjadi gejolak politik, ekonomi dan keamanan diakibatkan pemberontakan G 30 S. Awalnya ketidakstabilan situasi di Dolok Merangir tidak mengganggu kegiatan produksi perkebunan. Para buruh tetap bekerja seperti biasanya.
Nasir Purba 75 tahun (pensiunan karyawan) menyebutkan,  
“Pada tahun 1965 terjadi peristiwa pemberontakan G 30 S yang banyak melibatkan karyawan perkebunan Dolok Merangir. Banyak terjadi tindakan pembunuhan antara pendukung partai komunis dengan pendukung Partai Pemuda Anshor”.

Hal tersebut diperkuat oleh Hamid 60 tahun (pensiunan Staf Civil Engineering perkebunan karet Dolok Merangir) pada hari Senin 6 September 2010 di Serbalawan, bahwa :
“Pada masa G 30 S banyak karyawan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut. Tentara Brawijaya datang langsung ke perkebunan Dolok Merangir untuk menumpas pemberontakan tersebut. Di tengah – tengah perkebunan didirikan TPU (Tawanan Politik Umum), semacam penjara tempat orang – orang yang terbukti terlibat dalam pemberontakan G 30 S”.

Ada golongan karyawan yang terlibat dalam pemberontakan G 30 S. Ada yang hilang tak ditemukan jasadnya hingga sekarang. Kayon 75 tahun (pensiunan karyawan) menyebutkan pada hari Selasa 7 September 2010 di Serbalawan, “bahwa para buruh yang terlibat pemberontakan dikordinir oleh persatuan buruh SARBUPRI yang secara tidak langsung memiliki hubungan erat dengan Partai Komunis Idonesia”. 
5. Tahun 1965 – 1967
Tahun 1965-1967 PT. Goodyear diambil alih pemerintah Indonesia berdasarkan Pempres No. 6/ 1964 sebagai akibat dari politik Dwikora yaitu pengganyangan terhadap Malaysia. Penguasaan manajemen diambil alih dan namanya diganti dengan PP Ampera I yang kemudian dilebur menjadi PPN Karet XVIII.
Hal ini sesuai dengan keterangan Hamid 60 tahun (pensiunan Staf Civil Engineering perkebunan karet Dolok Merangir), bahwa :
“Pada sekitar  tahun 1966 terjadi perpindahan kepemilikan perkebunan dari Goodyear ke tangan pemerintah. Perkebunan karet Dolok Merangir berganti nama menjadi PTP karet 17. Umur perkebunan ini tidak bertahan lama, pada sekitar tahun 1967 perusahan berubah nama menjadi Berdikari. Perusahaan tersebut juga mengalami kemunduran sehingga diambil alih kembali oleh Goodyear. Hal ini terjadi karena perusahaan dipegang oleh orang – orang yang tidak ahli dalam bidang perkebunan. Disamping itu perusahaan tersebut tidak memiliki relasi dan rekanan seperti yang dimiliki Goodyear dengan Singapura”.

6. Tahun 1967 – 2005
Pada tahun 1967 oleh Pemerintah Orde Baru, manajemen perusahaan ini diserahkan kepada pemiliknya dan sebagaimana didalam perjanjian antara Pemerintah RI dengan pihak  The Goodyear Tire and Rubber Company tertanggal 10 Oktober 1967. Kebun Aek Nabara diserahkan kepada Negara dan sebagai gantinya kebun Dolok Ulu dan Naga Raja yang sebelumnya milik Negara diserahkan kepada Bridgestone. Tahun 1973 ketiga perkebunan tersebut adalah :
                        1. Dolok Merangir.
                        2. Dolok Ulu.
                        3. Naga Raja.
Ketiganya dijadikan satu unit dan dibagi 4 divisi yang luasnya masing- masing sama. Pada tahun ini juga kebun Naga Raja dan Dolok Ulu beralih dari PPN menjadi milik perusahaan Goodyear. Perkebunan PT. Haboko Tea Coy Aek Tarum diurus Goodyear dari PT. Lonsum pada tanggal 1 Oktober 1982.
Dahulu jumlah tenaga buruh pria dan wanita berimbang, biasanya bila suami adalah buruh maka sang istri juga buruh. Dalam perkembangan waktu tenaga buruh wanita dikurangi dengan perhitungan ekonomi banyak libur haid, hamil, nifas, menyusui anak dan mengalami pelecehan seksual saat bekerja di lapangan dari atasan atau bahkan sesama buruh. Pada masa pemerintahan presiden Soeharto, perusahaan menerima program P 4 transmigrasi penduduk Jawa. Para pendatang dari pulau Jawa di tampung dan dipekerjakan perusahaan sebagai buruh lapangan. Banyak dari golongan mereka tidak kembali lagi ke pulau Jawa karena sudah merasa nyaman di lingkuangan perkebunan.
Pihak perusahaan menyediakan fasilitas pendukung pendidikan seperti gedung Sekolah Dasar dengan tenaga pengajar yang digaji oleh perusahaan. Namun setelah keluar program pemerintah tentang sekolah Inpres pada sekitar tahun 1972, seluruh sekolah dibawah naungan perusahaan statusnya dinegerikan beserta staf pengajar juga dijadikan Pegawai Negeri Sipil.
 Pada sekitar tahun 1994 posisi manajer atau kepala bagian mulai dipercayakan pihak perusahaan dipegang oleh masyarakat pribumi. Dalam arti sebelum tahun 1994 posisi atau jabatan penting seperti manajer dan kepala bagian masih dipegang oleh tenaga asing terutama orang Amerika. Pada masa kepemilikan saham perkebunan Dolok Merangir dipegang oleh Goodyear, perusahaan tidak terlalu memperhatikan jenjang pendidikan karyawan. Perusahaan lebih mengutamakan kinerja (pengalaman) dan prestasi karyawan daripada jenjang pendidikan. Pada masa Goodyear anak karyawan diutamakan masuk kerja di perkebunan Dolok Merangir. Pada masa itu juga karyawan dapat beras dan tanggungan 3 orang anak dari perusahaan.
Menurut penuturan Ramli Sinaga 53 tahun (pensiunan karyawan perkebunan Dolok Merangir )  
“Pada era pemerintahan orde baru terjadi pengekangan demokrasi oleh pemerintah  hingga ke lingkungan perkebunan. Pada saat pemilu yang diadakan tahun 1984, saya  memilih partai selain Golkar. Tanpa sepengetahuan, saya dimutasikan dari Nagori Dolok Merangir I ke tempat terpencil perkebunan Goodyear yang berada di Nagaraja. Karena beberapa hal yang tidak dapat beliau ceritakan kepada peneliti, beliau memutuskan untuk berhenti dari perkebunan Dolok Merangir”.

Berdasarkan penuturan Ramli Sinaga diatas dapat diketahui bahwa terdapat campur tangan pemerintah Orde Baru dalam hal pemilihan umum hingga ke tingkat perkebunan. Hal tersebut melanggar Undang – undang kebebasan masyarakat  mengeluarkan pendapatnya dalam demokrasi. Meski tidak memecat langsung karyawan yang tidak memilih Golkar, tapi dengan tindakan mutasi dari perusahaan sama saja dengan mengekang kebebasan karyawan dalam mengeluarkan pendapat.
Pada masa Goodyear bentuk produksi berupa, antara lain : remiling (karet selendang), Sheet (karet selendang dengan potongan garis - garis), latex concentrate (getah karet encer). Untuk produk latex concentrate langsung dikirim ke pelabuhan Belawan untuk diekspor ke Negara tujuan seperti Amerika dan Jepang. Pada tahun 1982 proses produksi padat karya mulai beralih ke mesin. Tenaga manusia semakin dikurangi dalam proses pengolahan hasil produksi lapangan. Sebagai salah satu contoh mesin Procesing Crumb Rubber, yaitu mesin pengering dan pemasak getah basah lalu dimasak.





Gambar 2.  para buruh sedang mengolah getah menjadi karet lembaran di pabrik pengolahan pada tahun 1938.

Getah remiling dikeringkan dengan cara dijemur, dibawah getah yang dijemur tersebut dibakar kayu dan asap hasil pembakaran dialirkan ke getah yang dijemur. Getah remiling yang sudah kering dilumuri tepung agar tidak lengket lalu dibal. Samapai saat ini hanya produk latex concentrate yang masih dipertahankan. Untuk memaksimalkan kegiatan produksi, perusahaan melakukan kebijakan membeli karet dari luar perkebunan karet Dolok Merangir yaitu karet masyarakat.
Pada tahun 2005 Goodyear mengalami kebangkrutan di seluruh dunia sehingga terpaksa menjual sahamnya yang berada di perkebunan karet Dolok Merangir.

7. Tahun 9 Agustus 2005
Pemilikan saham PT. Goodyear Sumatera Plantations beralih kepada PT. Bridgestone Coorporation, Jepang dengan nama PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang merupakan bentuk badan hukum yang berkedudukan di Indonesia.
Pada saat ini perkebunan karet Dolok Merangir menempati areal seluas 18.914,43 Ha yang dibagi menjadi 5 divisi. Adapun luas tiap divisi dapat dilihat pada Tabel 7.
TABEL 9.
PERLUASAN AREAL PERKEBUNAN KARET DOLOK MERANGIR
No.
Divisi
Luas (Ha)
Tahun
Diperoleh Dari Lembaga/Perusahaan
1.
2.
3.
4.
5.
Divisi II Dolok Merangir
Divisi I Naga Raja
Divisi III Dolok Ulu
Divisi IV Dolok Ulu
Divisi V Aek Tarum
3.679,42
3.643,14
3.629,42
2.892,85
4.430,00
1917
1967
1967
1967
1982
VICO
PPN
PPN
PPN
PT.Haboko Tea Coy
Sumber : HRD PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir.
Divisi I-IV terletak di Kabupaten Simangulun dan divisi V terletak di Kabupaten Asahan. Tiap divisi dikepalai oleh seorang manager. Dengan Divisi II sebagai Divisi induk, dimana pusat produksi bahan mentah di olah dan tempat kantor kerja Direktur utama. Divisi II juga areal yang pertama di sewa oleh perusahaan Goodyear dahulu sebelum mengalami penambahan areal di tahun 1967 dan 1982.
TABEL 10.
PERKEBANGAN PERKEBUNAN KARET DOLOK MERANGIR
No.
Perkembangan Perkebunan Karet Dolok Merangir
Dahulu
Sekarang
1.

2.


3.

4.

5.
Luas areal perkebunan hanya meliputi Dolok Merangir sekitar 3.679,42 Ha.
Buruh perkebunan didominasi etnis Jawa, pekerjaan di lapangan melibatkan tenaga buruh perempuan.
Seluruh kegiatan produksi dikerjakan dengan padat karya.
Posisi atau jabatan rakyat pribumi tertinggi adalah mandor.
Pada masa perusahaan Goodyear, peruasaan lebih mengutamakan pengalaman kerja dari pada tingkatan pendidikan, anak karyawan priyoritas bekerja juga sebagai karyawan di perkebunan Dolok Merangir.
Luas areal perkebunan mengalami penembahan hingga 18.914,43 Ha.
Meski masih didominasi etnis Jawa, etnis Simalungun sudah banyak yang mau bekerja sebagai buruh perkebunan, tenaga buruh perempuan tidak lagi dipakai dengan alasan tidak efektif karena banyak libur melahirkan.
Pada sekitar tahun 1980, kegiatan produksi sudah mulai mengugnakan mesin modern dan meminimalisir penggunaan tenaga buruh.
Pada sekitar tahun 1994 pihak perusahaan mulai memercayakan jabatan manager pada rakyat pribumi.
Pada masa perusahaan Bridgestone, perusahaan lebih mengutamakan tingkat pendidikan dari pada pengalaman kerja, anak karyawan tidak priyoritas bekerja di perkebunan Dolok Merangir.

Sumber: wawancara dengan bapak Syarifuddin Purba, Hamid, Nasir Purba dan Kayon.

Oleh : H. Harahap

6 komentar:

  1. Tahun 1979 saya pindah dari Jakarta ke Goodyear Dolok Merangir dan menjabat sebagai Asisten Engineering. Tahun 1982 saya dikirim perusahaan ke Malaysia study banding untuk modernisasi pabrik Crumb Rubber sekaligus mempelajari pembuatan mesin crumb rubber tersebut dan selanjutnya memasangnya di Dolok Merangir. Ada hal yang unik semasa saya mulai bekerja disana, dimana para staff yang berpikiran feodalisme lambat laun berobah ke era tranfaransi dimana saya bermasyarakat dengan para karyawan nonstaf sebagai contoh. Satu hal yang saya ingat bahwa management terlebih Managing Director Mr Chrestman banyak saya berikan masukan tentang keluhan peningkatan kesejahteraan karyawan seterusnya dilaksanakan management

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat siang Pak Ama, saya dgn Kathy, anak Dr Mr GTM yg dulu di Goodyear. Kita anak anak Dari ex Goodyear Sumatra lagi bikin reunion dan dibuat di blog. Boleh ga saya mohon ijin untuk minta/copy foto foto yang Bapak punya sebagai dokumentasi kami. Trims

      Hapus
  2. Penulisannya sangat menarik dan sangat bermanfaat.
    Kebetulan kakek saya dulu pekerja perkebunan goodyear, bibi saya juga. dan saya lahir di sana.

    BalasHapus
  3. Saya Alfian Purba anak Nasir Purba cicit Raja Bolang mengucapkan terimah kasih atas artikel ini saya juga pernah bekerja di Goodyear. Jadi saya tau sedikit sejarahnya.

    BalasHapus
  4. Izin bertanya siapa raja bolang purba kalo boleh tau dan adakah sumbernya

    BalasHapus